Hidup Spiritual Yang Berkualitas

  • by

Pembacaan Alkitab dari 1 Tesalonika 2: 13 – 20.

Saudara jemaat yang terkasih di dalam Tuhan, ada beberapa catatan alkitab, salah satunya adalah Menerima dan Percaya kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, serta menjadi serupa dengan Kristus itu berarti menjadi seorang pelayan dalam kerajaan Allah

Kita diutus di dunia ini,  diuji di setiap tempat dan keadaan dan itu menjadi kesempatan buat kita untuk memberitakan dan membagikan kabar baik Allah yaitu Firman Kebenaran kepada semua orang, meskipun dalam keadaan baik atau tidak baik waktunya.

Di kehidupan seorang pelayan yang teruji seperti itulah, yang Paulus mau katakan dan ceritakan kepada jemaat di Tesalonika, di surat pertama Tesalonika Paulus berkata:

Kamu sendiripun memang tahu, saudara-saudara, bahwa kedatangan kami di antaramu tidaklah sia-sia, atau dalam terjemahan lain dikatakan efektif.

Maksudnya apa ? Kalau kedatangannya efektif?

Kalau kita membaca Kisah para rasul pasal yang ke 17, di sini kita dapat melihat, Paulus bersama Silas, dalam perjalanan misi memberitakan tentang Yesus, mereka berkunjung ke Tesalonika.

Selama 3 hari Sabat atau 3 minggu berturut-turut, Paulus dan silas mengajar di rumah ibadat orang Yahudi, dan di sanalah terbentuk jemaat Kristus yang terdiri dari sejumlah besar orang Yunani, beberapa orang Yahudi dan perempuan-perempuan terkemuka. (Kis.17:1-4)

Sayangnya, orang-orang percaya di Tesalonika, mendapatkan tekanan sosial bahkan penganiayaan dari orang-orang yahudi yang iri hati kepada mereka.

Lalu mereka dituduh sebagai pemberontak kaisar, karena menjadikan Yesus sebagai Raja.

Diceritakan selanjutnya di Kisah para Rasul 17, di kota Tesalonika terjadi huru hara, sampai-sampai Paulus dan Silas harus melarikan diri dari kota Tesalonika.

Meskipun demikian, dalam suratnya ini kepada jemaat di Tesalonika, Paulus bersyukur dan memuji iman jemaat di sana. Karena bagaimanapun keadaan jemaat Tesalonika, di tengah penderitaan dan tekanan mereka tetap bertahan dalam iman, bahkan mereka bisa menjadi saksi di daerah sekitar mereka.

Kondisi jemaat yang seperti inilah, bertahan dalam iman sekalipun di tengah keadaan yang tidak menyenangkan bahkan terus menjadi saksi melanjutkan karya layan.

Ini berarti menunjukan sikap hidup spiritual yang berkualitas.

Itulah yang Paulus maksudkan dengan “kedatangannya efektif” dan tidak sia sia.

Kondisi jemaat yang seperti inilah, bertahan dalam iman sekalipun di tengah keadaan yang tidak menyenangkan bahkan terus menjadi saksi melanjutkan karya layan.

Ini berarti menunjukan sikap hidup spiritual yang berkualitas.

Itulah yang Paulus maksudkan dengan “kedatangannya efektif” dan tidak sia sia.

Selanjutnya Paulus mengatakan, mengapa pelayanannya menjadi tidak sia-sia atau efektif? Karena Paulus mau melakukan dan mempraktekannya dengan sungguh-sungguh meskipun berat.

Kira-kira begini yang Paulus mau katakan : (diumpamakan kalau pasukan datang ke Koinonia).

“Hai, jemaat Koinonia, saya itu dulu sebelum datang ke Tesalonika, saya itu sudah dianiaya, dihina.

Saya dan Silas difitnah sebagai pengacau di Filipi. Kami dicambuk, dipenjarakan tanpa ada pembelaan dan pengadilan.

Meskipun demikian saya tidak menjadi takut, saya tetap berani memberitakan kabar kebaikan Allah.

Bapak, ibu, saudara jemaat .. Keberanian dalam pemberitaan Tuhan Yesus sangatlah penting

Sepanjang sejarah kekristenan banyak mengisahkan para misionaris, atau orang-orang Kristen yang berani teraniaya karena Injil, bahkan mati demi Injil dan itu berarti menjadi bibit-bibit Injil diberitakan.

Keberanian orang percaya dalam memberitakan Injil itu menjadi pintu masuk yang besar bagi orang yang belum percaya dan mengenal Yesus.

Dan keberanian untuk memberitakan Injil bukan berasal dari diri sendiri, melainkan pertolongan Allah yang ada di dalam pelayanannya. Roh Kudus yang menuntunnya.

Bapak, ibu, saudara jemaat . . Paulus juga membutuhkan Kuasa Allah yang membangkitkan keberanian itu di dalam dirinya

Dalam Markus 13:11 Yesus berkata: “Dan jika kamu digiring dan diserahkan, janganlah kamu kuatir akan apa yang harus kamu katakan, tetapi katakan lah apa yang dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga, sebab bukan kamu yang berkata kata, melainkan Roh Kudus.”

Ada pertolongan Allah dalam setiap pelayanan dan pemberitaan Injil.

Pertolongan Ilahi inilah yg memberikan keberanian bagi Paulus, bagi jemaat Tesalonika dan bagi kita sekarang ini.

Tetapi jangan salah dalam mengartikan keberanian. Karena keberanian ini bukan tindakan semaunya. (kalau org skrg bilang, semau gue tanpa didasari pikiran dan perasaan yg matang).

Keberanian ini bukan tindakan brutal yang mengatas namakan agama, dan keberanian ini juga bukan tindakan spontanitas untuk menghakimi orang lain.

Tetapi keberanian yang memiliki dasar rohani.

Keberanian yang Paulus inginkan didasari atas dua pondasi.

Pondasi 1 : ayat 13-14
Kerinduan untuk menyenangkan Allah

Hal yang paling membuat Allah tersenyum yaitu menjadi penurut penurut firman Allah.

Paulus bersyukur, bahwa jemaat tesalonika percaya, mau menerima Firman Allah dan menjadi pelaku pelaku Firman serta hidup dalam kebenaran.

Paulus menegaskan, Yesus adalah sumber kekuatan mereka dalam mempraktekan kehendak Allah.

Allah patut menerima yang terbaik, dan Allah ingin agar hidup ini hanya bagi Dia.

Yesus memanggil, bukan hanya untuk datang kepadaNya tetapi juga pergi bagi Dia,

Pergi bagi Yesus, berarti melakukan pekerjaan-pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau supaya kita hidup di dalamnya. (Efesus 2 : 10)

Dan pekerjaan-pekerjaan baik itu adalah pelayanan bapak, ibu, saudara dan saya, pelayanan kita semua.

Oleh sebab itu, Paulus sadar betul akan anugerah Allah yang melayakan dia melayani Injil Tuhan, mempercayakan injil itu untuk dia bagikan kepada orang lain.

Ayat 15-16

Para pemimpin Yahudi, mereka bukan hanya membunuh para nabi dan menyalibkan Kristus, tetapi juga menganiaya dan berusaha menghalang halangi Paulus dan rekan-rekannya dalam memberitakan injil. 

Para pemimpin yahudi mengejar pencitraan diri,..

Paulus lebih suka menyenangkan hati Allah.

Inilah yang menjadi dasar keberanian Paulus.

Begitu juga keberanian kita mengabarkan injil harusnya lahir dari kerinduan untuk menyenangkan Allah, lahir dari dalam hati bukan dari manisnya bibir.

Pondasi yg ke-2: ayat 17-18
Keberanian Paulus dalam memberitakan injil adalah kasih yang besar kepada sesama.

Paulus mengibaratkan kasih yang besar ini seperti seorang ibu (ayat 7-9).
Mengasuh dan merawat anaknya, dan Ayah (ayat 11-12) menasehati dan menguatkan hati.

Hal ini tentu saja bukan hanya sebuah proses memberikan makan, tetapi ada satu ikatan batin sehingga relasi itu semakin intim.

Relasi intim yang dimaksud bukan hubungan biasa, melainkan hubungan yang dekat dan dipercayai.

Begitu juga Paulus memberikan kasihnya yang besar kepada jemaat Tesalonika sampai-sampai ia katakan rela membagi hidupnya.

Kasih itulah…perhatian itulah…yang Paulus ingin tunjukan kepada jemaat Tesalonika.

Ayat 19-20

Paulus memang berani, tetapi ia juga penuh keramahan dan kelembutan.

Itulah tujuan utama Paulus, ia berani membagi hidupnya, dia berani mengorbankan dirinya bagi jemaat Tesalonika supaya jemaat Tesalonika mengalami hidup sukacita dan bermegah dalam kebenaran firman Tuhan pada waktu kedatangan Yesus yang kedua.

Sukacita dan pengharapan hidup sesuai dengan kehendak Allah yang memanggil kita semua dalam kerajaan dan kemuliaanNya.

Bapak, ibu, saudara jemaat . . pentingnya Peranan paulus bagi jemaat, tentu harus ada tanggung jawab, harus ada respon dari jemaat.

Harus ada saling kerjasama antara pelayan atau pembimbing rohani dan jemaat rohaninya.

Begitu juga dengan kita selaku pelayan-pelayan Allah dan sesama jemaat, kita juga harus saling menasehati, merawat, dan menghibur.

Kita harus bersyukur saat ini gereja memiliki banyak sarana disediakan Allah bagi kita, salah satunya morning call dan banyak lagi yang merupakan sarana bagi pertumbuhan iman kita dan pertumbuhan rohani kita.

Kita saling memiliki dalam satu komunitas gereja Kristus.

Bapak, ibu, saudara jemaat . . Bagaimana bacaan ini dapat kita terapkan dalam kehidupan kita?

Paulus mendorong jemaat Tesalonika untuk tetap setia beriman kepada Allah dalam Yesus Kristus.

Ada teladan yang harus kita ikuti, iman, kasih, pengharapan, kerja keras, sukacita dalam penderitaan, selalu rindu mendengarkan firman Tuhan, berdiri teguh dalam penderitaan.

Jika jemaat Tesalonika dlm pergumulan hidupnya, mereka tetap bersaksi tentang keselamatan yang Tuhan Yesus berikan bagi bangsa-bangsa.

Bagaimana dengan kita jemaat Tuhan di Koinonia ini?

D itengah situasi dan kondisi yang semakin sulit ini ditambah pandemi yang entah kapan berakhir, Allah menginginkan kita harus terus bersaksi melanjutkan misi Allah di sekitar kita dengan sikap hidup spiritual yang berkualitas.

Dalam renungan ini Firman Tuhan mengatakan..

“Bahwa pelayanan yang kurang sempurna selalu lebih baik dari pada rencana terbaik yang tidak dilaksanakan.”

Kiranya renungan ini menguatkan kita semua.

Tuhan Yesus memberkati. Amin